Sunday, July 19, 2015

Uang Seperti Pedang Bermata Dua

Halo meilichengideas readers cantik dan ganteng, Novi baru muncul lagi di blog. Maklumlah saya seorang mahasiswa Politeknik di sebuah kota berjurusan teknik sipil yang super duper sibuk disetiap harinya yang tidak ada waktu luang untuk memperhatikan lingkungan asli maupun maya. Saya baru aktif dan menyambangi blog ini karena libur kuliah, yah… lumayan untuk mengisi hari libur dengan kegiatan yang positif :D.
Oh ya, Saya memulai kuliah di sebuah kota baru bukan kota kelahiran saya. Jadi saya memikirkan bagaimana kuliah dan bagaimana menafkahi hidup diri sendiri. Yah, walaupun ada sebuah tebengan dari keluarga, saya merasa ada “sesuatu”.



Kita berbicara tentang UANG. Para readers tentunya tahu UANG. Dari zaman dulu jual - beli adalah hal yang mutlak dilakukan oleh orang di dunia untuk melengkapi kebutuhan hidupnya. Mulai dengan cara yang paling sederhana yaitu barter atau tukar menukar barang, dan sampai pada akhirnya dibuatlah alat pembayaran yang sah yaitu uang. Uang dicari dengan berbagai macam cara. Orang bersekolah untuk bisa menyandang title untuk bekerja dan untuk mencari uang. Orang mempunyai inisiatif untuk mencari uang, bahkan ada juga yang melakukan tindakan kriminal untuk mencari uang.
Saya berpikir, uang bagaikan kebutuhan primer pertama, baru menyusullah sandang, mangan, papan dan barulah kebutuhan sekunder terpenuhi. Banyak orang yang memiliki banyak uang tapi banyak orang juga kekurangan uang. Uang diprinsipkan sebagai penentu nasib seseorang, menentukan kesulitan dan kebahagiaan seseorang. Sampai uang dielu-elukan seperti ‘tuhan’ dan bahkan melupakan Tuhan itu sendiri. Begitu miris memperhatikan kejadian seperti yang diatas.


Saya pernah membaca sebuah buku rohani tentang seorang petinju. Petinju ini berasal dari sebuah desa. Dia sangat kuat dan bahkan menang melawan orang terkuat di desanya. Dia mempunyai ‘bakat alam’yang hebat. Namun prestasinya terhenti karena dia hanya mempunyai ilmu sedikit saja, dan pada suatu hari dia bertemu dengan pelatih professional dan handal. Dia dilatih dengan ilmu-ilmu tinju yang baru dan dikaboralisasi dengan ilmu ‘bakat alam’ tersebut. Petinju ini pun berhasil meraih juara dunia. Pertanyaannya jika bakatnya itu tidak diasah, apakah petinju itu bisa juara?
Cerita ini membuat saya berpikir jika dikaitkan dengan uang ada sebuah pertanyaan besar “Bagaimana anda menyikapi diri anda berhubungan dengan uang?” Tidak dipungkiri semua orang mempunyai bakat yang bisa menghasilkan uang. Jika anda tidak mengerti tentang pengetahuan pengaturan keuangan, anda bisa terjebak pada kesulitan-kesulitan yang menghimpit anda. Saya sebagai orang nasrani pernah mendapatkan sebuah ayat yang benar-benar menyinggung tentang pemakaian uang. 1 Timotius 6:10 Firman Tuhan berkata : “ Karena akar segala KEJAHATAN ialah CINTA UANG. Sebab oleh memburu UANGlah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.
Seketika setelah membaca ayat ini hati saya tertusuk. Demi uang saya rela untuk melupakan hal-hal yang berbau rohani bahkan tidak peka terhadap lingkungan sekitar dan bisa dikata saya tidak bisa membangun hubungan pada orang-orang disekitar saya. Saya fokus terhadap kuliah saya dan menyampingkan hal-hal yang berbau religius. Dan ketika iseng saya malah mendapakan ayat ini seolah saya dingatkan dan saya bersyukur sekali. Tuhan pasti ada disamping kita dan siap mengingatkan kita tentang semua hal, khususnya tentang uang ini. Jadi disini saya berpikir bagaimana cara mengelola uang yang benar. Mencari uang yang benar. Bukan dengan cara “kerah putih” yang sering dilakukan di banyak tempat, bahkan terang-terangan dengan tindakan kriminal.
Pengalaman membuktikan banyak orang yang mempunyai pelayanan rohani yang kuat, namun mengalami masalah kesulitan keuangan karena mereka tidak paham bagaimana prinsip uang dan cara mengaturnya. Banyak pandangan orang kaya adalah semua barang yang dimilikinya mempunyai “label” padahal itu malah membuat kita menjadi orang yang konsumtif. Menghambur-hamburkan uang. Menuruti ego bahkan bisa melupakan Tuhan Sang Pencipta.
Uang tidak bisa membeli segala hal. Seperti gambar dibawah ini :




Saya tidak sengaja mendapat gambar ini dari sebuah fanspage 9GAG dan saya berpikir lagi betapa Orang -orang menjadikan dirinya hamba uang. Padahal uang tidak bisa membeli sopan santun, moral, rasa hormat, karakter, akal sehat, kepercayaan, kesabaran, kelas, integritas dan cinta.
Jadi kesimpulannya uang bisa menjadi pedang bermata dua. Bisa membuat nyaman kehidupan selain itu bisa menghidupi jasmani anda. Anda bisa bersenang-senang akan hal duniawi. Tetapi bisa menyesatkan anda jika anda tidak peka bagaimana cara mendapat dan mengatur uang. Membawa anda pada masalah yang besar. Jadilah bijak. Karena Orang yang kaya berarti orang yang pandai menyeimbangi fungsi uang dan kerohaniannya.
Mungkin ini saja yang bisa Novi ceritakan pada para readers. Semoga bacaan ini menjadi berguna dikehidupan para agan dan aganwati. Saya bukan juga untuk mendemonstrasikan agama saya tetapi saya hanya mau berbagi atau bahasa gaulnya curhat :D dengan anda. Kritik dan saran yang sopan dapat membantu saya menjadi lebih baik lagi. Thanks semua