Halo meilichengideas readers
cantik dan ganteng, Novi baru muncul lagi di blog. Maklumlah saya seorang
mahasiswa Politeknik di sebuah kota berjurusan teknik sipil yang super duper
sibuk disetiap harinya yang tidak ada waktu luang untuk memperhatikan
lingkungan asli maupun maya. Saya baru aktif dan menyambangi blog ini karena
libur kuliah, yah… lumayan untuk mengisi hari libur dengan kegiatan yang positif
:D.
Oh ya, Saya memulai kuliah di
sebuah kota baru bukan kota kelahiran saya. Jadi saya memikirkan bagaimana
kuliah dan bagaimana menafkahi hidup diri sendiri. Yah, walaupun ada sebuah
tebengan dari keluarga, saya merasa ada “sesuatu”.
Kita berbicara
tentang UANG. Para readers tentunya tahu UANG. Dari zaman dulu jual - beli
adalah hal yang mutlak dilakukan oleh orang di dunia untuk melengkapi kebutuhan
hidupnya. Mulai dengan cara yang paling sederhana yaitu barter atau tukar
menukar barang, dan sampai pada akhirnya dibuatlah alat pembayaran yang sah
yaitu uang. Uang dicari dengan berbagai macam cara. Orang bersekolah untuk bisa
menyandang title untuk bekerja dan untuk mencari uang. Orang mempunyai
inisiatif untuk mencari uang, bahkan ada juga yang melakukan tindakan kriminal
untuk mencari uang.
Saya berpikir,
uang bagaikan kebutuhan primer pertama, baru menyusullah sandang, mangan, papan
dan barulah kebutuhan sekunder terpenuhi. Banyak orang yang memiliki banyak
uang tapi banyak orang juga kekurangan uang. Uang diprinsipkan sebagai penentu
nasib seseorang, menentukan kesulitan dan kebahagiaan seseorang. Sampai uang
dielu-elukan seperti ‘tuhan’ dan bahkan melupakan Tuhan itu sendiri. Begitu
miris memperhatikan kejadian seperti yang diatas.
Saya pernah
membaca sebuah buku rohani tentang seorang petinju. Petinju ini berasal dari
sebuah desa. Dia sangat kuat dan bahkan menang melawan orang terkuat di
desanya. Dia mempunyai ‘bakat alam’yang hebat. Namun prestasinya terhenti
karena dia hanya mempunyai ilmu sedikit saja, dan pada suatu hari dia bertemu
dengan pelatih professional dan handal. Dia dilatih dengan ilmu-ilmu tinju yang
baru dan dikaboralisasi dengan ilmu ‘bakat alam’ tersebut. Petinju ini pun
berhasil meraih juara dunia. Pertanyaannya jika bakatnya itu tidak diasah,
apakah petinju itu bisa juara?
Cerita ini
membuat saya berpikir jika dikaitkan dengan uang ada sebuah pertanyaan besar “Bagaimana
anda menyikapi diri anda berhubungan dengan uang?” Tidak dipungkiri semua orang
mempunyai bakat yang bisa menghasilkan uang. Jika anda tidak mengerti tentang
pengetahuan pengaturan keuangan, anda bisa terjebak pada kesulitan-kesulitan
yang menghimpit anda. Saya sebagai orang nasrani pernah mendapatkan sebuah ayat
yang benar-benar menyinggung tentang pemakaian uang. 1 Timotius 6:10 Firman
Tuhan berkata : “ Karena akar segala KEJAHATAN ialah CINTA UANG. Sebab oleh
memburu UANGlah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya
dengan berbagai-bagai duka.
Seketika
setelah membaca ayat ini hati saya tertusuk. Demi uang saya rela untuk
melupakan hal-hal yang berbau rohani bahkan tidak peka terhadap lingkungan
sekitar dan bisa dikata saya tidak bisa membangun hubungan pada orang-orang
disekitar saya. Saya fokus terhadap kuliah saya dan menyampingkan hal-hal yang
berbau religius. Dan ketika iseng saya malah mendapakan ayat ini seolah saya
dingatkan dan saya bersyukur sekali. Tuhan pasti ada disamping kita dan siap
mengingatkan kita tentang semua hal, khususnya tentang uang ini. Jadi disini
saya berpikir bagaimana cara mengelola uang yang benar. Mencari uang yang
benar. Bukan dengan cara “kerah putih” yang sering dilakukan di banyak tempat, bahkan
terang-terangan dengan tindakan kriminal.
Pengalaman membuktikan
banyak orang yang mempunyai pelayanan rohani yang kuat, namun mengalami masalah
kesulitan keuangan karena mereka tidak paham bagaimana prinsip uang dan cara
mengaturnya. Banyak pandangan orang kaya adalah semua barang yang dimilikinya
mempunyai “label” padahal itu malah membuat kita menjadi orang yang konsumtif.
Menghambur-hamburkan uang. Menuruti ego bahkan bisa melupakan Tuhan Sang
Pencipta.
Uang tidak bisa
membeli segala hal. Seperti gambar dibawah ini :
Saya tidak
sengaja mendapat gambar ini dari sebuah fanspage 9GAG dan saya berpikir lagi
betapa Orang -orang menjadikan dirinya hamba uang. Padahal uang tidak bisa
membeli sopan santun, moral, rasa hormat, karakter, akal
sehat, kepercayaan, kesabaran, kelas,
integritas dan cinta.
Jadi kesimpulannya
uang bisa menjadi pedang bermata dua. Bisa membuat nyaman kehidupan selain itu
bisa menghidupi jasmani anda. Anda bisa bersenang-senang akan hal duniawi.
Tetapi bisa menyesatkan anda jika anda tidak peka bagaimana cara mendapat dan
mengatur uang. Membawa anda pada masalah yang besar. Jadilah bijak. Karena
Orang yang kaya berarti orang yang pandai menyeimbangi fungsi uang dan
kerohaniannya.
Mungkin ini
saja yang bisa Novi ceritakan pada para readers. Semoga bacaan ini menjadi
berguna dikehidupan para agan dan aganwati. Saya bukan juga untuk
mendemonstrasikan agama saya tetapi saya hanya mau berbagi atau bahasa gaulnya curhat :D dengan anda. Kritik
dan saran yang sopan dapat membantu saya menjadi lebih baik lagi. Thanks semua